KEJADIAN DI WARUNG ES DEGAN

 


Masa kecil adalah masa nakalnya anak, masa aktif dan masa yang penuh petualangan. Masa kecil juga masa yang penuh pengalaman yang menyenangkan dan mengenaskan, seperti yang dialami oleh seorang anak yang tinggal di sebuah kampung di pinggir kota Jakarta, sebutlah namanya Abbas. Abbas adalah anak dari keluarga, yang kaya, sukses dan beradab. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sukses, beliau memiliki banyak toko yang tersebar di Indonesia, seluruh tanah dan bangunan adalah milik keluarganya pribadi bukan menyewa atau meminjam. Ibunya memiliki butik yang cukup maju dan terkenal, ibunya juga rajin mengikuti arisan, meski diadakannya jauh di desa seberang, jika ditanya maka ibunya hanya akan menjawab “Hobi apa sih” Ibunya memang suka sekali dengan yang namanya uang.


Keluarga Abbas adalah keluarga yang sangat hemat, mendekati kata pelit. Jika mereka makan harus dihabiskan dan tidak boleh menambah lagi, bahkan uang Jajan pun terbatas. Abbas hanya diberi Rp. 5000 per harinya, jika ia ingin membeli sesuatu yang lebih mahal, maka ia harus menabung sendiri, sering kali Abbas tidak jajan seharian agar dia bisa menabung uangnya, terkadang ia juga bekerja sendiri untuk memperoleh uang. Abbas benci waktu makan terutama waktu makan malam, karena ibunya pasti akan mengoceh sana sini, mengomelinya tanpa habis. Bahkan hanya karena itu Abbas yang tadinya perutnya sangat lapar, seketika tak nafsu untuk makan mesti langa sesuap. Tapi peraturan tetaplah peraturan. Jika makanan sudah di atas piring maka harus habis tanpa sisa, jika sisa maka waktu makan berikutnya dia hanya boleh makan sisanya tadi.


Abbas memiliki 3 saudara yang lebih tua darinya, 2 laki-laki dan 1 perempuan. Doni adalah kakak nya yang paling tua, dia bertubuh kekar dan besar, hobinya adalah memanjat pohon kelapa, sangat sesuai dengan postur tubuhnya yang tinggi dan besar. Rafa adalah kakaknya yang kedua, dia memiliki hobi main basket, setiap sore dia akan pergi ke lapangan untuk bermain basket bersama teman-temannya, dia memiliki tubuh tinggi dan kurus berbeda dengan Doni yang bertubuh tinggi dan besar. Rini adalah satu-satunya saudari yang dia punya. Rini hobi menari, dia mengikuti les menari di kampung sebelah, setiap sore dia pergi untuk les menari bersama sahabatnya Sindi, dan Abbas adalah anak terakhir yang memiliki hobi main kelereng di kampung sebelah. Tubuhnya tidak tinggi tapi juga tidak pendek, tidak kurus dan tidak gemuk, istilahnya ‘pas-pasanan’ lah. Dia anak yang aktif, dia sering main ke kampung sebelah untuk mengajak anak anak disana bertanding kelereng. Tapi kebanyakan akan menolak bermain kelereng dgn Abbas, karena mereka tahu kalau Abbas pasti menang, dan itu selalu terjadi yang ada kelereng mereka habis. Abbas juga sering bermain ke tempat tempat yang jauh, seperti pinggiran kampung. Namun suatu kejadian membuat Abbas trauma bermain di pinggiran kampung, dan dia tak pernah lagi main ke pinggiran kampung.



Hari itu, matahari sangat terik, Abbas bersama 3 temannya, Bagas, Tigor, dan Roi pergi main ke pinggir desa. Pinggir desa mereka adalah hutan dan semak belukar, di tengah hutan itu terdapat sebuah lapangan yang cukup luas, dan tempat itulah yang Abbas dan teman-temannya tuju, mereka berjalan melewati sawah-sawah kemudian hutan dan semak belukar, lalu sampailah mereka ke tempat tujuan, sebuah tanah lapang yang dulunya sering dipakai untuk pertandingan voli, namun sekarang sudah tak lagi digunakan dan terlantar begitu saja, Abbas dan 3 orang temannya berencana untuk bermain sepak bola, mereka pun berunding, siapa yang akan jadi kiper dan siapa yang akan menjadi penyerang, mereka melakukan kocok dengan stik es krim. Kemudian terpilihlah Bagas sebagai kiper lalu Tigor, Abbas, dan Roni menjadi penyerang, mereka asyik bermain, Bagas sangat pintar dalam menjaga gawang, dia dengan tubuhnya yang besar mudah untuk menangkap bola yang melayang ke arahnya. Selama permainan Tigor, Abbas dan Roni hanya bisa mencetak 7 kali gol saja dari gawang yang dijaga oleh Bagas. Mereka bermain hingga matahari hampir tenggelam.


Matahari pun mulai tenggelam. Tapi sebelum benar-benar tenggelam. Tigor mengajak ketika temannya untuk lomba lari mengelilingi lapangan. Siapa yang terakhir sampai ke batu ( tanda finish ) maka dia harus mentraktir yang lainnya minuman. Semua setuju, lalu mereka pun mengambil posisi bersiap untuk berlomba, semuanya mengambil posisi bersiap untuk lari. Tigor-lah yang mengaba-aba, :1… 2… 3… mulai!” Tigor kemudian langsung melesat lari secepat mungkin yang kemudian disusul oleh Abbas, Bagas dan Roni, yang sebelumnya Tigor berada di posisi pertama kini disusul oleh Roni yang memang paling cepat larinya, karena memiliki tubuh yang tidak berbeda jauh dengan lidi, dan kini Roni menempati posisi pertama. Sementara Tigor semakin lama semakin kebelakang karena sudah mulai kehabisan tenaga, alhasil Abbas pun dapat menyusul Tigor dan menempati posisi kedua. Roni sudah mendekati finish, hanya tinggal beberapa langkah lagi dia sudah sampai ke finish, nafasnya pun mulai tersengal, tenaga nya seperti sudah hampir habis, ternyata di belakang Abbas menambah kecepatanya dan Abbas pun berhasil menjadi orang pertama yang melewati batu (tanda finish), yang kemudian disusul Roni dan kemudian Bagas, pada akhirnya Tigorlah yang terakhir sampai dan dia harus mentraktir teman-temannya minuman.


Setelah lomba lari mereka duduk duduk sebentar di pinggir lapangan untuk mengatur rapes. matahari sudah tok terlihat namun masih menyisakan warna-warna jingga ke oren-an, Abbas tiba-tiba teringat pesan Rini, saudari perempuannya saat pamit tadi." Jangan pulang. malem-malam, nanti kamu di gondol wewe". Seketika Abbas merasa merinding, dia pun mengajak teman-temannya untuk segera pulang, teman-temannya pun mengiyakan dan segera berdiri mengikuti ajakan Abbas Mereka berempat berjalan tanpa lampu penerangan sama sekali melewati hutan dan semak belukar di bawah gelapnya malam. Roni menyarankan untuk saling menggandeng agar tidak terpisah mereka pun bergandengan sampai mereka keluar dari hutan semak-semak itu, kini mereka melewati sawah-sawah.



Roni yang berjalan di paling depan tiba-tiba berhenti dan memberi tahu Abbas kalau di depan ada warung es degan, mereka pun meminta Tigor untuk mentraktir mereka di sana. Tiger mengiyakan, dengan cekatan Abbas dan Roni berlari menuju warung di depan dan langsung duduk manis di depan tempat memesan. "Permisi.. beli.... Ujar mereka berdua berengan dari dalam keluar seorang nenek nenek yang rambutnya tak lagi hitam, wajah dan tangannya keriput, dan tubuhnya sudah bungkuk, nenek itu berjalan dengan senyuman. Mau es degan cu? mau berapa" 4 gelas nek..." jawab Abbas. "Oh ya, sebentar ya cu" nenek itu kemudian masuk ke dalam lagi, Tigor dan Bagas yang baru sampaipun langsung duduk, menunggu pesanannya.


Beberapa menit kemudian nenek itu datang dengan membawa nampan berisi 4 gelas. Mereka masing-masing mengambil 1 gelas, Roni langsung menyantap es degannya dengan cepat, Tiger pun melakukan hal yang sama Abbas melihat jika di dalam ada ruangan, dia ingin menyantap es degannya disana. Dia pun izin dengan nenek itu dan di perbolehkan, Abbas masuk ke dalam dan duduk di saya yang ada di dalam kemudian menyantap es degannya Sementara 3 temannya lebih memilih menyantap dan menikmati angin luar.


Abbas asik menikmati es degannya dia mendengarkan obrolan temannya di luar. namun hal aneh terjadi suara teman-temannya yang sebelumnya keras lama-kelamaan. Jadi samar kemudian sayup-sayup, lalu hilang sama sekali. "Heh, bangun! kau sedari tadi melamun terus teman-teman mu sudah pergi dari tadi, “Ujar nenek”, membuyarkan lamunannya, "Hah! sudah pergi ?”. “Kapan ?”, "Sudah dari tadi, kau diajak hanya menggeleng saja dia pun langsung menegak habis es degannya, lalu melihat ke luar teman-temannya benar-benar sudah pergi, "Sudah istirahat dulu, disini dulu saja bahaya jika pulang malam-malam begini" Ujar nenek itu, Abbas pun hanya bisa mengiyakan. Nenek pun membereskan warungnya dan bersiap pulang. Nenek itu mengaku rumahnya ada di pinggir sawah, Abbas pun mengikuti nenek itu berjalan menuju rumahnya. lampu di rumah tersebut redup Abbas masuk kemudian duduk di atas tikar di ruang tengah, kemudian nenek itu datang membawa makanan yang membuat perut Abbas keroncongan. Nenek bilang makanan itu baru saja diantar oleh cucunya, Abbas pun menyantap makanan itu dengan lahap bahkan dalam waktu kurang dari 10 menit makanan-makanan itu sudah habis ludes dimakan oleh Abbas dan nenek itu. Abbas pun merasa ngantuk, nenek menunjukkan sebuah hamar bekas cucunya untuk tempatu Abbas tidur, Abbas pun membaring kan badan di atas ranjang tanpa kasur lalu dia pun tertidur lelap.


Serasa baru saja Abbas memejamkan matanya, tiba-tiba, tubuhnya diguncang dengan berat dia pun membuka matanya kembali, "Bang Doni?" ujarnya pelan, ternyata Doni yang membangun * kau ngapain tidur di tanah gini, mana nyenyak banget lagi, lagian dua hari kemana aja kamu ga pulang-pulang ?!" Omel Doni. Abbas heran, baru kemarin dia menginap di gubuk nenek kok dua hari dibilang gak pulang. Abbas pun duduk, kemudian menoleh kanan kiri dan benar saja dia tidur di atas tanah kasong dan ini adalah lapangan tempat mereka bermain sore itu. Seketika Abbas merinding, dia menceritakan kepada abangnya, Doni, tentang kejadian yang dialami, tapi Doni bilang bahwa Abbas tak pulang selama 2 hari Abbas pun panik mereka berdua pun pulang. Seteleh pulang, Abbas-pun langsung di kerumuni oleh warga yang penasaran dengan apa yang terjadi.


Pak Ustadz pun menjelaskan bahwa yang Abbas alami adalah kejadian di alam lain.


-The End -



Bole komen ya, .. cerita ini mau ber episode kah.. bisa dijadikan cerita bersambung

..Trus nasib 3 temennya tadi kemana,, dalam mimpi atau sebenarnya dia pergi sendirian




Author : KK

Editor : قصيم

Director : كيرومي


Komentar

Posting Komentar

hai..., terimakasih sudah mampir semoga ceritanya bisa menghibur dan menginspirasi melakukan hal-hal yang positif... silahkan bole meninggalkan pesan.. enjoy ..

Postingan Populer